Kamis, 21 Agustus 2014

Upgrade Samsung Galaxy W (Wonder) GT-I8150 ke Android 4.4.2 KitKat

Untuk upgrade Samsung Galaxy W (Wonder) ke Versi Android 4.4.2 KitKat, Handheld haru sudah terinstall CWM (ClockWorkMod), untuk tutorial instalasi CWM silahkan klik disini
Langkah 1 - Silahkan Download CM11 Android 4.4.2 KitKat dan GoogleApps untuk Galaxy W i8150.
Langkah 2- Sambungkan Galaxy W i8150 ke PC dengan menggunakan kabel Data/ USB Cable
Langkah 3 - Copy file yang sudah di download tadi ke kartu memori. (jangan di extract)
Langkah 4 - Matikan Galaxy W i8150.
Langkah 5 - Yakinkan ponsel dalam keadaan mati kemudian nyalakan ponsel dengan menekan tombol Volume UP + Menu + Power secara bersamaan. Ikuti petunjuk navigasi pada layar. Pilih Bootloader dan kemudian arahkan ke RECOVERY.
Langkah 6 - Sekarang ponsel berada pada ClockworkMod Recovery mode, pertama silahkan Wipe Data/Factory Reset,  Wipe Cache, masuk Advanced -> Wipe Dalvik Cache, Format Partition System (ini akan mengembalikan ponsel kepengaturan awal jadi ingat aplikasi yang berada pada internal memory akan hilang).
Langkah 7 - Dalam Recovery Mode , pilih Install zip from sdcard kemudian choose zip from sdcard. Kemudian arahkan ke file cm_ancora-ota“xxx.zip yang sudah di download dan di salin ke kartu memori tadi. Pilih menggunakan tombol Menu/Power dan mengkonfirmasi instalasi dengan memilih Yes pada tampilan berikutnya
Langkah 8 - Proses install berjalan dan tunggu proses selesai.
Langkah 9 “Ulangi langkah nomer 7 namun pilih pa_gapps-modular-mini-4.4.2-xxx.zip.
Langkah 10 - Sekarang reboot Galaxy W i8150 dengan kembali ke halaman utama CWM Recovery dan pilih Reboot System Now. Tunggu kira-kira 5-10 menit untuk pertama kali boot ke sistem.

Catatan : Jika Galaxy W i8150 terjebak di booting animasi (setelah langkah-10) silakan masuk ke recovery mode dan melakukan langkah tambahan dengan memilih wipe data/factory reset, wipe cache partition dan kemudian pilih Reboot System now

Install CWM (ClockWorkMod) Recovery Samsung Galaxy W GT-I8150

<script async custom-element="amp-auto-ads"
        src="https://cdn.ampproject.org/v0/amp-auto-ads-0.1.js">
</script> Cara Install CWM (Clock Work Mod) Recovery Pada Samsung Galaxy W (Wonder) GT-I8150
Description: ClockworkMod Recovery 6 Galaxy Wonder i8150
Peringatan: Do it on your own risk!
Persiapan Install ClockworkMod Recovery 6 Galaxy Wonder i8150
§  Download dan Instal Samsung Kies, untuk mentransfer file antara perangkat Android dan komputer.
§  Aktifkan mode USB Debugging pada Galaxy Wonder i8150 untuk menghubungkan perangkat Android dengan computer.
§  Tutorial ini mungkin menghapus semua data pada ponsel, backup data yang diarasa penting. Anda bisa backup menggunakan tools backup yang tersedia di Playstore.
§  Galaxy Wonder i8150 harus memiliki daya baterai di atas 80%.
§  Galaxy Wonder i8150 harus factory unlocked dan tidak terkunci ke operator tertentu saja.
Cara Install ClockworkMod Recovery 6 di Galaxy Wonder i8150
Langkah 1 - Download Odin v4.43 dan file Ancora.ops ekstrak file zip.
Langkah 2 - Download CWM 6.0.4.5 Recovery Galaxy Wonder i8150.
Langkah 3 - Matikan Samsung Galaxy W dan masuk ke Download Mode dengan menekan dan menahan Volume Down + Menu + Power bersamaan.
Langkah 4 - Jalankan Odin Multi Downloader yang sudah didownload tadi pada komputer
Langkah 5 - Colokkan kabel USB ke Samsung Galaxy W untuk menghubungkannya dengan komputer. Sebuah pesan yang mengatakan ‘Added’ akan tampil di bawah kotak pesan Odin. Anda juga harus melihat COM port dengan nomor dibagian yang berwarna kuning jika perangkat berhasil tersambung

Catatan: Jika Anda tidak melihat pesan “Added”, kemudian coba port USB lain. Jika itu masih tetap sama silahkan instal ulang driver USB.
Langkah 6 - Klik Ops dan pilih file ‘Ancora.ops’.
Langkah 7 - Pada jendela Odin, pastikan centang semua bagian Option kecuali reset time (sec).
Langkah 8 - Klik tombil One Package dan pilih file md5 (recovery-clockwork-6.0.3.4-ancora.tar.md5).
Langkah 9 - Klik tombol Start di Odin untuk memulai instalasi
Langkah 10 - Setelah proses instalasi selesai, anda akan melihat pesan “Pass” dengan latar belakang hijau di kotak paling kiri di bagian atas Odin. Galaxy W anda akan secara otomatis reboot dan anda segera bisa melihat logo Samsung. Anda bisa dengan aman mencabut kabel USB dari ponsel untuk melepaskannya dari computer


Peringatan : Jika Galaxy W terjebak di booting animasi (setelah langkah-10), masuk ke recovery mode dan lakukan langkah tambahan dengan memilih wipe data/factory reset, wipe cache partition dan kemudian pilih Reboot System now. <script async custom-element="amp-auto-ads"
        src="https://cdn.ampproject.org/v0/amp-auto-ads-0.1.js">
</script>

Rabu, 28 Mei 2014

Contoh Skripsi Metode Talking Stick

BAB 1
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun. Untuk  keperluan pembangunan ini, maka disamping diperlukan sumber daya modal, diperlukan juga sumber daya manusia yang memadai untuk keperluan pembangunan. Upaya untuk menciptakan dan meningkatkan sumber daya tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memenuhi standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Menurut peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, standar nasional pendidikan adalah keriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh seorang guru adalah standar peroses. Pada standar peroses ini, peroses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat minat perkembangan fisik serta psikologis peseta didik (Dedy Mulyasana, 2011:146). Berdasarkan standar proses tersebut maka guru mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyelenggara pendidikan untuk meningkatkan perestasi belajar siswa.
Indikator keberhasilan suatu pendidikan dan pengajaran tentunya tidak hanya terbatas pada angka-angka prestasi belajar saja, akan tetapi harus terkait dengan kemampuan seorang anak didik untuk mereflesikan sikap positif melalui serangkaian aktifitas yang selektif dan efektif. Dalam prestasi yang demikian itu,maka kita dapat memahami bahwa asfek nilai yang ditransfer dalam dunia pendidikan dan pengajaran harus selalu terkait dengan unsur pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk mengetahui hal ini maka seorang guru harus banyak berinteraksi dengan siswa baik pada saat proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar mengajar.
Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegitan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanan (Suprayekti, 2003:4). Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada kelemahan siswa. Selain itu cara memberikan umpan balikpun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengelola kelas sangat penting. Berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian  banyak tergantung pada situasi  kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam kelas. Keterampilan guru dalam mengajar sangat menentukan ketercapaian pengajaran di sekolah. Keterampilan mengajar adalah sejumlah kompetensi guru yang kinerjanya secara profesional (Suprayekti,2003:11). Untuk itu seorang guru yang bertugas mengajar dan mendidik harus mempunyai keterampilan mengajar yang memadai agar situasi belajar mengajar lancar dan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya tercapai. Salah satu keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang guru adalah keterampialan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Siswa memandang mata pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang tidak menarik, menakutkan, tidak menyenangkan bahkan dibenci. Hal ini disebabkan penyajian materi fisika tidak sesuai dengan keinginan siswa. Siswa ingin penyampaian materi fisika dengan tidak terlalu serius, tapi siswa dapat memahami materi dengan baik. Sementara guru cendrung tidak memahami keinginan siswa tersebut dalam belajar fisika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa di Madrasah Aliyah Nurul Iman Montong Baik, siswa kurang tertarik belajar fisika disebabkan beberapa faktor. Salah satu faktor yang membuat siswa tidak senang belajar fisika adalah faktor guru dalam menyajikan materi pelajaran. Guru cendrung terlalu serius dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga belajar fisika terkesan membosankan bagi siswa. Selain itu metode pembelajaran yang monoton membuat siswa tidak termotivasi dalam belajar fisika. Metode yang sering digunakan guru hanya terbatas pada ceramah dan mencatat sehingga kegiatan pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru dan membuat siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat menurunkan semangat siswa dalam belajar fisika yang nantinya dikhawatirkan akan berpengaruh kurang baik terhadap prestasi belajar siswa. Adapun perestasi belajar fisika siswa Madrasah Aliyah Nurul Iman Montong Baik khususnya kelas X masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa yang masih banyak di bawah KKM.
Tugas guru dalam hal ini adalah merubah pandangan siswa agar siswa merasa senang pada mata pelajaran fisika . Ada banyak cara bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran fisika agar siswa merasa senang. Peran utama guru sebagai perencana sekaligus pelaksana proses belajar mengajar menuntut guru untuk selalu meningkatkan kualitas pengajarannya agar siswa dapat menguasai materi dengan baik. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi yang tentunya disesuaikan dengan materi pembelajaran. Banyak  metode yang dapat digunakan oleh guru dalam peyampain materi pembelajaran. Tetapi dalam hal ini dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siawa lebih termotivasi dalam belajar fisika. Metode yang dianggap mampu untuk membuat pembelajaran fisika menjadi menarik adalah metode pembelajaran talking stick. Selain untuk melatih berbicara, metode pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif dalam peroses belajar mengajar.
Metode pembelajaran talking stick merupakan metode pembelajaran yang memanfaatkan tongkat sebagai media pembelajarannya. Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa dan siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Metode pembelajaran  talking stick ini dapat membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada situasi dan kondisi apapun.
Materi alat optik dalam pelajaran fisika merupakan materi yang sulit dipahami jika penyajian materinya tidak menarik. Materi alat optik akan menjadi materi yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar jika disampaikan dengan metode pembelajaran yang berevariasi dan menarik. Karena pembelajaran talking stick berbasis perminan maka diharapkan siswa akan merasa senang dalam mempelajari alat optik ini.
Berdasarkan uraian diatas maka diadakan penelitian yang bejudul Efektifitas Metode Pembelajaran Talking Stick Terhadap Perestasi Belajar Siswa Kelas X  Pada Materi Alat Optik di MA Nurul Iman Montong Baik Tahun Pelajaran  2012/2013”.

B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.    Kurang terampilnya guru dalam menentukan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
2.    Kurangnya motivasi siswa dalam belajar fisika disebabkan penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi.
3.    Pembelajaran fisika di kelas X MA Nurul Iman Montong Baik masih berpusat hanya pada guru sehingga membuat siswa kurang aktif dalam peroses belajar mengajar.
4.    Kurangnya interaksi antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
5.    Prestasi belajar fisika siswa kelas X MA Nurul Iman Montong Baik masih rendah.

C.      Rumusan Masalah
          Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumusan pokok permasalahan sebagai berikut. Apakah metode pembelajaran talking stick efektif terhadap prestasi belajar siswa kelas  X pada materi optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun pelajaran 2012/2013.

D.      Batasan Masalah
1.    Batasan subjek
Subyek penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X MA Nurul Iman Montong Baik tahun pelajaran 2012/2013.


2.    Batasan objek
Obyek penelitian ini dibatasi pada penerapan metode pembelajaran talking stick terhadap perestasi belajar siswa.
3.    Batasan aspek yeng diteliti
Aspek yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif.

E.  Tujuan Penelitian
Berdasakan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan metode pembelajaran talking stick tehadap prestasi belajar siswa kelas X pada materi optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun ajaran 2012/2013.

F.       Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis:
1.   Manfaat Teoritis
Menambah informasi tentang efektifitas metode pembelajaran talking stick terhadap prestasi belajar sisiwa untuk menunjang penelitian selanjutnya.
2.   Manfaat Praktis
a)          Bagi Guru
Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih metode pembelajaran agar lebih bervariasi sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran dan dapat mengembangkan sistem penilaian.
b)   Bagi Siswa
Siswa diharapkan lebih tertarik belajar karena materi pelajaran. Selain itu dapat melatih siswa untuk lebih akatif dalam proses belajar mengajar dan dapat memotivasi siswa untuk belajar fisika.
c)        Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan metode observasi dan mendapatkan bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru sehingga siap melaksanakan tugas dilapangan.
d)  Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat membrikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu sekolah.


 BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A.  Kajian Teori
1.    Hakekat Belajar Dan Pembelajaran
a.    Pengertian Belajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi  individu dengan lingkungan. Proses ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada  yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena peroses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan prilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas (Suprayekti, 2003: 4).
Gagne (dalam Kokom Komalasari, 2011: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatuperoses perubahan tingkah laku yang meluputi perubahan  manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Sedangkan menurut Sunaryo belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan peruubahan tingkah laku yang ada pada dirinyadalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup.
Menurut Thursan Hakim ‘‘ belajar adalah suatu peroses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain’’. Hal ini berarti peningkatan kualits dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Apabila tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, orang tersebut belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain, ia mengalami kegagalan dalam proses belajar mengajar (Hamdani, 2011: 21).
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisiksosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas- tugassekolah. Sebgian masyarakat mengangagap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah sebab belajar juga adalah proses mendapatkan pengetahuan (Agus Suprijono, 2012:3).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan dengan serangkain kegiatan sebagai hasil pengalamanya sendiri akibat interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan dalam, pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksinya dengan lingkungannya.
Beberapa definisi belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1)        Menurut teori piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut  dapat dilihat pada tabel.2 berikut
Tabel 2.1
Tahap-tahap perkembangan kognitif piaget

Tahap
Perkkiraan Usia
Kemampuan-Kemampuan Utama
Sensorimotor






Praoperasional





Operasi konngkrit









Operasi formal
Lahir sampai dua tahun.





2 sampai 7 tahun





7 sampai 11 tahun









11 tahun sampai dewasa
Terbentukknya konsep kepermanenan obyak dan kemajuan gradual dari prialaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.


Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikkiran masih egosentris dan sentrasi.

Perbaikan dalam kemampuan untuk berfikir secara logis. Kemampuan kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentris tetapi desentris, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis. 

Berdasarkan tingkat perkenbangan kognitif piaget, dalam penelitian ini peserta didik pada tingkat SMA  dengan rentang usia 11-18 tahun berada pada taraf perkembangan operasi formal. Pada taraf perkembangan ini siswa mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal,dan dapat menggunakan penalaran ilmiah. Siswa  dapat berpikir tentang sesuatu melalui proses berpikir logis dan abstraksi yang lebih kaya. Misalnya pada materi alat optik untuk bahasan mata, dalam hal ini siswa dituntut untuk memahami peroses pembentukan bayangan pada mata. Bahasan mengenai pembentukan bayangan ini menuntut siswa untuk berfikir abstrak. Pada pembelajaran talking stick ini siswa akan diberikan beberapa pertanyaan secara langsung mengenai bahasan pembentukan bayangan pada mata. Dengan begitu siswa akan teransang untuk menggunakan proses berfikir yang logis untuk mencari sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Siswa  harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari, memanipulasi, bertanya, dan mencari jawaban sendiri terhadap berbagai pertanyaan yang muncul. Dalam hal ini dengan pembelajaran talking stick guru dapat memberikan kesempatan yang luas pada siswa  untuk membangun komunikasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
2)    Menurut Burner pada dasarnya belajar merupakan peroses kognitif yang terjadi pada diri seseorang. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu pertama, proses perolehan informasi baru, yang dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengar, melihat audiovisual, dan lain-lain. Yang kedua proses transformasi pengetahuan merupakan bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diperoses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Tahap selanjutnya adalah menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan atau informasi yang telah diterima, agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat relevan dengan pembelajaran talking stick pada materi alat optik. Melalui pembelajaran talking stick ini ketiga peroses kognitif yang sesuai dengan teori Burner akan terjadi pada diri siswa. Dengan penyampain materi pada siswa, guru sudah membantu siswa dalam proses perolehan informasi baru, yakni melalui mendengarkan penjelasan guru. Selain itu melalui pemberian beberapa pertanyaan pada siswa dengan metode talking stick merupakan suatu rangsangan bagi siswa untuk mengubah informasi yang diterima dengan pemikiran yang lebih abstrak dengan mencari jawaban menurut pemikiranya sendiri. Pada pembelajaran talking stick ini siswa akan bersemangat mengemukakan pendapatnya berdasarkan intuisinya yang merupakan tahap kedua proses kognitif dalam teori belajar burner .
3)   Menurut Vaygotsky siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respon, faktor sosial artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Teori Vaygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximaldeveloment, yakni daerah perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini.  Vaygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tesebut.   Teori Vygotsky yang lain adalah ”scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri (Trianto, 2007: 27). Teori Vaygotsky ini relevan dengan penerapan metode pembelajaran talking stick pada materi alat optik. Pada pembelajaran talking stick ini seting kelasnya berbentuk pembelajaran kooferatif dan saling memunculkan strategi-strat  egi pemecahan masalah efektif dalam zona of proximaldeveloment. Selain itu pada pembelajaran ini juga ditekankan scaffolding dengan memberikan penjelasan mengenai materi alat optik pada awal pembelajaran sehingga siswa semakin lama, semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran.
b.   Pengertian Pembelajaran
Proses belajar terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal (Rusfidra, 2006).
Menurut Rusfidra, pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi antara guru dan siswa, antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau disahkan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Pembelajaran dapat dipandangdari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatusistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi, alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaranmerupakan rangkain upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar (Kokom Komalasari, 2011: 3).
Penelitian tentang pembelajaran fisika  menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang lebih tinggi. Namun, satu faktor terpenting untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam peroses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkrit sebagai bagian dari pelajaran.
4)        Metode Pembelajaran talking stick
a.         Pengertian Metode talking stick
Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini: Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran / bergantian.
Metode pembelajaran talking stick adalah suatu metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam penerapan metode pembelajaran talking stick ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
b.   Langkah-Langkah Metode Pembelajaran talking stick
Langkah-langkah dalam menerapkan metode talking stick dalam Tarmizi Ramadhan (2010)yaitu:
1)        Guru membentuk kelompokyangterdiri atas 5 orang,
2)        Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm,
3)        Guru  menyampaikan  materi  pokok  yang   akan  dipelajari,  kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran,
4)        Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat didalam wacana,
5)        Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan,
6)        Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru,
7)        Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan,
8)        Guru memberikan kesimpulan,
9)        Guru melakukan evaluasi atau penilaian baik secara kelompok maupun individu, dan
10)    Guru menutup pelajaran.        
Agus  Suprijono(2009:  109-110)  menyebutkan  langkah-langkah  dalam menerapkan metode talking stick adalah:
1)        Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari,
2)        Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut,
3)        Peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi,
4)        Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya,
5)        Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya,
6)        Ketika stick bergulir dari peserta didik yang satu ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi musik,
7)        Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya, dan
8)        Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
            Berdasarkan beberapa langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode talking stick yang dikemukakan, dalam penelitian ini akan digunakan langkah-langkah yang memadukan dari kedua pendapat tersebut yaitu:
1)        Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,
2)        Guru menyampaikan materi pembelajaran,
3)        Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut,
4)        Siswa diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi,
5)        Siswa diminta untuk menutup bukunya,
6)        Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya,
7)        Tongkat diberikan kepada  salah  satu anggota kelompok, setelah itu siswa diberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya,
8)        Siswa  yang   lain  boleh  membantu  menjawab  pertanyaan  jika  anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
9)        Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar tampa bantuan dari kelompok lain mendapat poin 2.
10)    Tongkat bergulir ke kelompok yang lain jika kelompok tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
11)    Kelompok yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapat hukuman dari kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan pointnya dikurangi 1.
12)    Kelompok lain yang membantu menjawab pertanyaan dengan benar mendapat point 1.
13)    Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya,
14)    Siswa dengan bimbingan dari guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik,
15)    Siswa bersama-sama menentukan kelompok terbaik,
16)    Siswa dengan bimbingan guru merumuskan kesimpulan

c.         Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran talking stick
a.         Kelebihan
Adapun kelebihan metode pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut :
1)        Menguji kesiapan siswa
2)        Melatih membaca dan memahami dengan cepat
3)         Agar lebih giat dalam belajar
b.        Kekurangan
Kekurangan metode pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:
1)      Waktu yang di butuhkan melebihi jam pelajaran yang ditentukan


5)        Prestasi Belajar
a.         Pengretian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar”. Kedua kata ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, walaupun  antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda.
          Gani (dalam Eni Wahyuni) menyatakan bahwa tidak dapat di sangkal lagi bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar seseorang. Prestasi itu mencerminkan sekurang-kurangnya tiga aspek yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi belajar itu merupakan salah satu indikator bahwa kemungkinan yang bersangkutan berbakat di bidang pelajaran tersebut.
Sedangkan menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatanyang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Dilain pihak Poerwardimita(dalam Djamarah, 2012 : 20) mengemukakan bahwa perestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Dari pengertian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai suatu kegiatan yang sudah dikerjakan diciptakan, menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja  baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tersebut. Sedangkan prestasi belajar lebih menekankan pada proses perubahan tingkah laku yang menuju ke arah kemajuan atau perbaikan, perubahan-perubahan yang dicapai dalam proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan-perubahan dinilai secara kuantitatif. hasil penelitian bisa berwujud angka dan pernyataan dan mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang merupakan eksistensi dari prestasi belajar. Dengan demikan, maka jelaslah bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa dalam suatu aktivitas di sekolah.
b.        Taksonomi Bloom
Benjamin S.Bloom berpendapat bahwa taksonomi  (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik yaitu : (1) ranah proses berpikir (cognitive domain), (2) ranah nilai atau sikap(affective domain) dan (3) ranah keterampilan (psyihomotor domain).
1)           Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah koknitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. (1) hafalan  yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakaknya. (2) pemahaman ( comprehension)  yaitu  kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu di ketahui dan diingat. (3) penerapan (application) yaitu  kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau mengunakan ide-ide umum, tatacara ataupun metode-metode, prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkrit. (4) analisis (analysis), yaitu kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainya.  (5) sistesis (synthesis) yaitu  kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Dan (6) penilaian (evaluation), merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi di sini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide misalnya jika seseorang di hadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, seseuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
2)        Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar efektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkahlaku. Ranah afektif ini oleh Krathwohl (1974) dan kawan kawan di taksonomi menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang yaitu : (1) receiving atau attending ( menerima atau memperhatikan) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lainnya.(2) Responding( menanggapi) adalah kemapuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salahsatu cara. (3) Valuing ( menilai = menghargai) artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan tehadapsuatu kegiatan atau obyek sehingga apabila kegiatan itu tidak di kerjakan dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. (4) organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. (5) Characterizationby a valueorvaluecomplex ( karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi, kepribadian dan tingkahlakunya.
3)        Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Hasil belajar kognitif dan hasil belajar efektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam renah kognitif dan ranah afektifnya.


c.         Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.
Menurut slameto Dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa faktor yang saling pengaruh mempengaruhi.

1)        Faktor Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi semangat belajar anak, seperti hubungan anak dengan guru, pengawas, administrasi
a)    Metode mengajar guru, terkait dengan metode mengajar guru yang tepat dan tidak tepat. Semakin baik guru menerapkan metode mengajarnya, semakin baik pula tingkat penerimaan terhadap hasil belajar yang dicapainya,begitu juga sebaliknya.
b)   Kurikulum, dalam hal ini menyangkut jumlah materi pelajaran yang dibebankan dalam suatu periode tertentu. Dalam hal ini terkait dengan teknik belajar yang tepat akan mampu mengatasi dan menyelesaikan materi dengan tuntas dan selanjutnya akan berimplikasi terhadap prestasi belajar siswa.
c)    Reaksi guru dengan siswa, semakin baik hubungan antara siswa dengan guru, semakin baik pula proses belajar mengajara yang berlangsung dan dapat berimplikasi pada prestasi belajar siswa.
d)   Disiplin sekolah, disiplin dalam sekolah akan menyebabkan para siswa berdisiplin dalam segala hal, termasuk dalam proses belajar mengajar dan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
e)    Kelengkapan fasilitas belajar, kelengkapan pendukung fasilitas belajar seperti ; laboratorium, perpustakaan, alat peraga, prasaran gedung sekolah dan sarana pendukung lainnya. Jika sarana dan prasarana memadai maka siswa akan dapat belajar dengan baik dan nyaman.
2)   Faktor Lingkungan Masyarakat
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik dan memiliki inteligensi yang baik. Selain itu teman bergaul di masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak.
6)        Materi Pembelajaran
a)        Pengertian Optik
Alat optik adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang tidak jelas. Alat optik dibuat dengan bermacam tujuan, tetapi fungsi alat optik yang utama adalah untuk meningkatkan daya penglihatan manusia. Contohnya kacamata, lup, mikroskodan teleskop. Mikroskop dan teleskop digunakan untuk melihat benda-benda yang taterlihat dengan mata telanjang.
b)        Analisis Alat-Alat Optik Secara Kualitatif Dan Kuantitatif
1)        Mata dan Kacamata
Sistem optik yang paling penting bagmanusia adalah mata. Bagian-bagian dari mata ditunjukkan pada Gambar 2.1. Di depan lensa mata terdapat selaput yang membentuk suatu celah lingkaran. Selaput inilah yang disebut iris dan berfungsi memberi warna pada mata. Celah lingkaran disebut pupil. Lebar pupil dikendalikan oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya yang mengenainya. Jumlah cahaya yang memasuki mata dikendalikan oleh iris. Iris mengatur ukuran biji mata, sedang tebal lensa dikendalikan oleh otot siliar. Kornea mata adalah bagian depan mata memiliki lengkung yang lebih tajam yang dilapisi oleh selaput bening. Dibelakng kornea terdapat cairan (aqueoushomor). Cairan ini berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk kedalam mata. Pada bagian yang lebih dalam lagi terdapat lensa yang dibuat dari bahan bening, berserat dan kenyal. Lensa inilah yang disebut lensa mata atau lensa kristalin.
Gambar 2.1 bagian-bagian dari mata
Cahaya memasuki mata melalui iris menembus biji mata, dan oleh lensa difokuskan sehingga jatuh ke retina atau selaput jala. Retina adalah lapisan serat saraf yang menutupi bagian belakang.
Bagian mata yang memiliki sifat unik sehubungan dengan optik adalah lensa mata. Lensa mata ini memiliki sifat yang dapat berubah-ubah. Kemampuan mata untuk untuk mengubah ketebalan lensa ini disebut daya akomodasi. Lensa mata akan menipis saat melihat benda jauhdan keadaan paling tipis disebut akomodasi minimum. Dan saat melihat benda dekat, lensa mata akan menebal hingga paling tebal disebut akomodasi maksimum.
Mata yang normal memiliki batas-batas normal akomodasi. Mata normal berakomodasi maksimum saat melihat benda pada jarak terdekat 25 cm dan berakomodasi minimum saat melihat benda dijauh tak hingga. Jarak terdekat yang dapat dilihat oleh mata disebut titik dekat ( punctum proximum = pp) dan jarak terjauh yang dapat dilihat oleh mata disebut titik jauh (punctum remotum = PR ) berarti mata normal memenuhi sifat sebagai berikut: .
Mata normal
PP=  25 cm   
PR=  ~
Ternyata banyak orang yang memiliki titik dekat atau titik jauh yang tidak sesaui dengan sifat mata normal. Mata yang sifatnya tidak normal dinamakan rabun. Mata yang rabun ini berarti lensa matanya tidak dapat berakomodasi secara normal. 
Keadaan mata yang tidak normal dapt dibanntu dengan alat yang dikenal dengan sebutan kacamata.

Gambar 2.2 Kacamata dan mata
Daya kacamata yang dibutuhkan memenuhi persamaan:
P =
P =  +
S adalah jarak benda yang diharapkan untuk dapat dilihat. Sedangkan  S’ adalah bayangan oleh lensa yang harus bersifat maya. Sehingga bernilai negatif. Kemudian daya lensa bersatuan dioptri sehingga S dan S’ harus dalam meter atau boleh cm tetapi persamaannya menjadi seperti berikut.
Macam-macam cacat mata.
Mata rabun ada tiga jenis yaitu rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh (miopi) dan presbiopi
a)        Hipermetropi
Hipermetropi atau mata dekat juga disebut mata jauh karena hanya dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh. Mata ini tidak dapat berakomodasi maksimum secara noramal berarti titik dekatnya lebih besar dari 25 cm (PP > 25 cm)
Karena sifat diatas maka setiap benda pada titik baca normal (25 cm) bayangannya akan berada dibelakang retina. Kelainan semacam ini dapat diatasi dengan memasang lensa positif atau kacamata berlensa cembung (positif).

25 cm                                      25 c m
(a)       (b)

Gambar 2.3 (a) proses pembentukan bayangan pada orang yg menderita hipermetropi
(b)     Pembemtukan bayangan setelah pemasangan lensa positif

Jika ingin memmbaca normal maka benda harus berada pada jarak S = 25 cm dan bayangan lensa haus berada pada titik dekat mata.
b)   Miopi
Miopi atau rabun jauh disebut juga mata dekat karena hanya dapat melihat jelas benda-benda yang dekat. Mata ini dapat berakomodasi minimum secara normal. Titik jauh mata kurang dari jauh tak hingga (PR < ~)
Karena sifat diatas maka mata miopi yang digunakan untuk melihat benda-nenda jauh tak hingga akan membentuk bayangan di depan retina. Untuk melihat benda jauh tak hingga maka mata ini dapat dibantu dengan kacamata lensa negatif.
(a)                                              (b)
Gambar 2.4  (a) proses pembentukan bayangan pada orang yg menderita miopi
(b)      Pembemtukan bayangan setelah pemasangan lensa negatif

Jika ingin melihat benda jauh tak hingga maka benda yang dilihat jauh tak hingga, S = ~ dan bayangan oleh lensa harus berada dititik jauhnya, S’=PR.
2)   Lup
Lup atau yang diberi nama kaca pembesar merupakan alat optik yang berupa lensa cembung. Alt optik ini digunakan untuk memperbesar benda-benda kecil, biasanya tulisan kecil atau komponen-komponen kecil. Untuk memanfaatkan lensa cembung sebagai lup, maka benda harus diletakkan diruang lensa (0<S<f) sehingga sifat bayangannya adalah maya, tegak, dan diperbesar.
Perbesaran pada lup dapat di tentukan dengan menggunakan  perbesaran sudut (anguler).
Persamaannya memenuhi:
M =
dengan :
M  =   perbesaran anguler
Β  =   sudut penglihatan setelah ada lup
Α  =   sudut penglihatan awal
pengamatan dengan lup memiliki dua keadaan akomodasi yang penting, yaitu akomodasi minimum dan akomodasi maksimum.
a)        Akomodasi Maksimum
Pengamatan akomodasi maksimum dengan lup berarti bayangan oleh lensa lup harus berada pada titik dekat mata. Titik dekat normal selalu S, berarti berlaku:
S = - Sn
Dan benda harus diletakkan dari lup sejauh S. Nilai S akan memenuhi persamaan berikut:
S =
Perbesaran anguler pada akomodasi maksimum dapat ditentukan dengan bantuan pembentukan bayangan pada gambar dibawah.

                     Sn                                     Sn
(a)                                                    (b)
Gambar 2.5 pengamatan akomodasi maksimum  (a) tampa lup (b) dengan lup.

Untuk nilai α dan β yang termasuk sudut kecil maka perbesarannya dapat memenuhi persamaan:
M =
   =
Dengan mensubttitusikan nilai S’ dan S dapat diperoleh perbesaran anguler pada akomodasi maksimum seperti dibawah.
M =
Tanda negatif (-) berarti maya dan persamaannya dapat dituliskan menjadi berikut.
M =  + 1
Dengan  M = perbesaran anguler
Sn = jarak baca normal
f = jarak fokus lup

b)       Akomodasi Minimum
Pengamatan akomodasi dengan lup berarti bayangan oleh lup harus di jauh tak hingga. Bayangan ini terjadi jika benda ditempatkan pada fokus lensa (S = f )
Gambar 2.6 Pengamatan dengan lup pada akomodasi minimum
Perhatikan pembentukan bayangan tersbut pada gambar 2.6, dari gambar terlihat nilai tg β memenuhi:
tg β =
Dengan menggunakan nilai tg β dapat diperoleh perbesaran anguler akomodasi minimum sebagai berikut.
M =
M =
M =
3)        Mikroskop
          Dalam laboraturium biologi atau farmasi kita sering melihat banyak orang melihat hal-hal yang sangat kecil, seperti sel darah ,hewan bersel satu, amuba, mata serangga dan sebagainya. Hal-hal yang kecil ini tidak akan tampak jika hanya dilihat dengan mata biasa. Alat untuk melihat benda- benda yang sangat kecil ini pada jarak yang sangat dekat disebut mikroskop. Contoh sebuah mikroskop ditunjukkan pada gambar 2.7
Gambar 2.7 Contoh mikroskop.
                          Pada tahun 1590, pembuat lensa asal Belanda yaitu Zacharias Janssen berhasil membuat mikroskop sederhana pertama yang berupa tabung sederhana dengan lensa cembung di tiap ujungnya. Pada tahuuun 1650, ilmuan asal Belanda Antoni Van Leewenhoek berhasil membuat mikroskop dengan perbesaran 250 kali. Dia berhasil meliihat benda-benda yang sangat kecil, seperti sel darah, hewan bersel satu, amuba, mata serangga dan susunan sel daun dengan mikroskop ini. Dengan adanya penemuan mikroskop ini, ilmuan-ilmuan biologi berhasil melihat dan menyelidiki bagaimana bakteri menyerang tubuh manusia dan menyebabkan manusia terserang penyakit. Bidang mikrobiologi berkembang dengan pesat setelah ditemukan mikroskop.
Mikroskop cahaya yaitu mikroskop yang menggunakan cahaya untuk membentuk bayangan dari benda yang akan dilihat. Mikroskop cahaya ini mempunyai perbesaran 1.000-2.000. sedang mikroskop elektron mempunyai perbesaran lebih dari 1.000.000 kali sehingga mampu melihat virus AIDS seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8
Gambar2.8.Virus AIDS dilihat dengan mikroskop
Mikroskop tersusun dari dua lensa positif lensa yang dekat dengan benda dinamakan lensa obyektif (fob) sedang lensa yang dekat dengan mata disebut lensa okuler (fok).
Benda ditempatkan di ruang kedua lensa objektif sehingga bayangannya bersifat nyata, terbalik, diperbesar. Kemudian bayangan oleh lensa objektif diteruskan pada lensa okuler. Lensa okuler mikroskop bertindak sebagai lup, berarti bayangannya adalah maya, tegak, diperbesar. Bayangan akhir oleh mikroskop adalah maya, terbalik , diperbesar.
Karena untuk melihat benda renik maka hal utama yang perlu diperhatikan pada mikroskop dalam perbesarannya. Perbesaran total mikroskop merupakan perkalian perbesaran dari kedua lensanya.
M = Mob x Mok
Untuk menganalisis perbesaran mikroskop harus diingat betul bahwa lensa objektif bersipat seperti lensa positif biasa, sedangkan lensa okuler seperti lup. Berarti setiap analisanya perlu memperhatikan sifat lensa dan lup.
Sedangkan jarak antara lensa pada lup memenuhi persamaan:
d = S’ob + Sok
dengan d = jarak antar lensa
S’ob = jarak bayangan oleh lensa obyektif
Sok = jarak benda lensa okuler
Karena lensa objektif bersifat seperti lup maka pengamatan dengan mikroskop juga memiliki dua jenis akomodasi utama.
a)        Akomodasi Maksimum
Pengamatan dengan akomodasi maksimum bisa terjadi jika jarak bayangan oleh lensa jatuh pada titik dekat mata. Untuk mata normal  memenuhi S’ok = -25 cm. Sedangkan perbesaran anguler lensa okulernya memenuhi persamaan:
M = Mob x Mok
b)       Akomodasi Minimum
Pengamatan dennganakomodasi minimum bisa terjadi jika jarak bayangan lensa okuler di jauh tak terhingga (S’ok = ) berarti jarak benda memenuhi Sok = fok. Sedangkan perbesaran lensa okulernya memenuhi persamaan:
M = Mob x Mok
4)        Teropong atau Teleskop
                   Teropong merupakan alat optik yang dapat digunakan untuk membantu melihat benda-benda jauh. Teropong tersusun oleh dua lensa utama seperti mikroskop. Lensa yang dekat objek diberi nama lensa objektif dan yang dekat mata lensa okuler. Lensa okulerpun punya sifat yang sama yaitu berfungsi sebagai lup.
a)        Teropong Bintang
       Teropong memiliki jenis yang banyak tetapi memiliki dasar yang sama. Dasar dari teropong itu adalah teropoong bintang yaitu teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda di langit. Setiap teropong diharapkan dapat digunakan untuk melihat bayangan dengan cara berakomodasi minimum, sehingga pembentukan bayangan oleh teropong bintang dapat dilihat seperti gambar 2.9.
          Objektif                  okuler
Gambar 2.9Pembentukan bayngan oleh teropong bintang
Sinar dari benda (bintang) di jauh tak ingga akan dibiaskan menuju fokus lensa onjektif. Kemudian oeh lensa okuler akan dibentuk bayangan di jauh tak hingga lagi (akomodasi minimum)  yang memiliki sifat maya, terbalik, diperbesar.
Dari gambar 2.9 juga dapat dilihat bahwa panjang teropong atau jarak antar dua lensanya memenuhi:
d = fob + fok
perbesaran bayangan yang terbentuk oleh teropong pada akomodasi minimum nmemenuhi:
M =

b)       Teropong Bumi
                   Teropong bumi adalah teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh dibumi. Supaya bayangan tegak maka teropong bumi dapat dirancanga dari teropong bintang dengan menambahkan lensa pembalik. Panjang teropong atau jarak antara dua lensanya memenuhi:
d = fob + fok+ 4fp
perbesaran bayangan yang terbentuk oleh teropong pada akomodasi minimum memenuhi:
M =
Pembentukan bayangannya dapat dilihat pada Gambar 6.16.
Gambar 2.10pembentukan bayangan oleh teropong bumi.
c)        Teropong Panggung
                   Teropong panggung memiliki fungsi yang sama dengan teropong bumi. Tetapi untuk membalikkan bayangannya (supaya tegak) digunakan lensa negatif (cekung) pada lensa okuler.
        Objektif                        okuler
Gambar 2.11 Pembentukan bayangan oleh teropong panggung.
Panjang teropong atau jarak antara dua lensanya memenuhi:
d = fob + - fok
perbesaran bayangan yang terbenyuk oleh teropong pada akomodasi minimum memenuhi:
M =
c)        Penerapan Alat-Alat Optik Dalam Kehidupan Sehari-Hari
1)        Mata
       Orang dapat melihat segala keindahan dunia ini dengan menggunakan alat optik mata.
2)        Lup
                   Dalam kehidupan sehari-hari sorang tukang servis elektronik memperbaiki komputer dengan menggunakan alat optik lup (kaca pembesar) untuk melihat kompnen elektronik yang kecil-kecil itu. Alat ini sering digunakan untuk melihat tulisan atau gambar yang kecil. Penggunaan lup (kaca pembesar) ditunjukkan pada gambar 2.13
Gambar 2.13 Penggunaan lup (kaca pembesar) untuk melihat tulisan yang kecil



3)   Mikroskop
       Pada penelitian dalam bidang biologi, farmasi, medis, dan sebagainya, sering digunakan mikroskop untuk mengamati benda-benda yang tidak mungkin dilihat dengan mata telanjang. Contoh penggunaan alat optik mikroskop untuk melihat benda-benda kecil ditunjukkan pada gambar 2.14

Gambar2.14Penggunaan alat optik mikroskop untuk melihat benda-benda kecil



4)        Teropong
       Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat orang yang berekreasi membawa teleskop (teropong). Alat ini sering digunakan untuk melihat pemandangan yang jauh agar tampak lebih dekat. Penggunaan teleskop untuk melihat benda-benda yang jauh dipermukaan bumi ditunjukkan pada gambar 2.15.
Gambar2.15Penggunaanteleskopuntukmelihatbenda-bendayangjauh


B.       Penelitian yang Relevan
           Penelitian yang dilakukan oleh Ani Sugiharti (2010) dengan judul penelitian Penerapan diskusi kelompok disertai talking stick untuk meningkatkan aktivitas ORAL dan kemandirian siswa kelas X SMA Negeri 1 kartasura. Dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan diskusi kelompok disertai talkingstick dapat meningkatkan aktivitas oral dan kemandirian siswa.  Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode talkingstick dalam peroses belajar mengajar sedangkan perbedaannya adalah terletak pada variabel terikatnya pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiharti variabel terikatnya adalah aktivitas oral dan kemandirian siswa sedangkan dalm penelitian ini variabel terikatnya adalah perestasi belajar siswa. Selain perbedaannya juga terletak pada jenis penelitiannya pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiharti jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas sedangkan pada penelitian ini jenis penelitiannya adalah eksperimen.
           Penelitian yang dilakukan oleh Irfatul Aini (2011) dengan judul penelitian Penerapan model pembelajaran inovatif melalui metode talkingstick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII di SMPN 1 Singosari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode talking stick dalam pembelajarannya sedangkan perbedaannya terletak paada variabel terikatnya. Pada penelitiain yang dilakukan oleh IrfatulAini variabel terikatnya adalah aktivitas belajar siswa pada pelajaran IPS kelas VII di SMPN 1 Singosari. Sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik. Selain itu perbedaannya juga terletak pada jenis penelitiannya pada penelitian yang dilakukan oleh IrfatulAini jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas sedangkan peda penelitian ini jenis penelitiannya adalah eksperimen.
           Penelitian yang dilakukan oleh Winda Sustyanita (2011) dengan judul penelitian Penerapan model pembelajaran  talking stick untuk meningkatkan pembelajaran  IPA kelas IV SDN 2 Pringapus  kecamatan dongko kabupaten trenggalek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pemmbelajaran talking stick dapat meningkatkan pembelajaran IPA kelas IV, kompetensi dasar "mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi" SDN 2 Pringapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek". Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode talkingstick dalam pembelajarannya sedangkan perbedaannya terletak paada variabel terikatnya Pada penelitiain yang dilakukan oleh Winda Sustyanita variabel terikatnya adalah pembelajaran  IPA kelas IV SDN 2 Pringapus  kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada  materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik. Selain itu perbedaannya juga terletak pada jenis penelitiannya pada penelitian yang dilakukan oleh Winda Sustyanita jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas sedangkan peda penelitian ini jenis penelitiannya adalah eksperimen.

C.      Kerangka Berfikir
       Siswa menginginkan suasana dalam pembelajaran fisika menyenangkan dan tidak membosankan. Namun guru tidak memahami keinginan siswa tersebut. Metode pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi. Pembelajaran fisika cendrung berpusat kepada guru saja, hal ini yang membuat pembelajaran fisika menjadi membosankan bagi siswa.
       Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik untuk siswa sehingga sisw lebih termotivasi dalam belajar merupakan satu tugas dari guru. Salah satu upaya yang dapat memberikan siswa kesempatan yang sama sehingga siswa secara sukarela dan antusias mengikuti pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran fisika, dibutuhkan suatu metode yang tepaat yang dapat membangkitkan semaqngat siswa dalam pembelajaran.
       Metode talking stick merupakan metode pendukung pembangunan cooperative learning. Metode talking stick merupakan metode dengan kelompok heterogen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan saling memberikan informasi untuki memahami pelajaran fisika. Dalam metode ini, siswa diajak untuk mengumakakan pendapat. Selain itu, siswa akan merasa senang dikarenakan dalam metode ini terkandung unsur yang menarik yaitu menjawab pertanyaan secara kelompok sehingga siswa akan lebih senang dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
       Dengan menggunakan metode tlking stick diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mempelajari materi fisika. Kunci bagi keberhasilan metode talking stick adalah konsentrasi dan kerja sama. Setiap siswa di tuntut untuk konsentrasi dalam memahami suatu materi. Selain itu, siswa dalam kelompok dituntut untuk konsentrasi dalam memahami suatu materi. Selain itu, siswa dalam kelompok dituntut  untuk bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sehingga diduga metode pembelajaran talking stick efektif terhadap prestasi belajar siswa.

D.      Hipotesis.
                   Hipotesis mengandung pengertian suatu pendapat yang kebenarannya masih harus dibuktikan terlebih dahulu. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:



1.        Hipotesis nol (Ho)
Pembelajaran menggunakan metode talking stick tidak efektif terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun pelajaran 2012/2013
2.        Hipotesis Alternatif (Ha).
Pembelajaran menggunakan metode talking stick efektif terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada materi Alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun pelajaran 2012/2013
 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.       Tempat dan Waktu Penelitian
1.         Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas X  semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di MA Nurul Iman Montong Baik.
2.         Waktu Penelitian
Waktu penelitian dirancang mulai pada bulan mei tahun 2013 sampai dengan selesai.

B.  Populasi dan sampel
1.    Populasi
                   Menurut Sugiyono (2011: 80) “populasi adalah wilayahgeneralisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010: 173)“populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Jadi populasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan subjek penelitian baik terdiri dari benda nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama.
                   Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas X MA Nurul Iman Montong Baik dengan yang terdiri dari dua kelas  yaitu kelas XA dan XB dengan rincian jumlah siswa sebagai berikut:

Tabel 3.2
Rincian Jumlah Siswa Kelas X MA Nurul Iman Montong Baik

No
Kelas
Jumlah siswa
1
2
XA
XB
22
24
Jumlah

46

2.    Sampel
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian jumlah dan karekteristikyang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 174) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA dan kelas XB karena semua populasi dijadikan sampel maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh.

C.       Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Eksperimen merupakan suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol. Ciri khas dari penelitian eksperimen ini adalah adanya kelompok kontrolnya.

D.       Desain Penelitian
Desain penelitian yang  digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design, dengan bentuk design nonequivalent control group design. Dalam disain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen sedangkan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Dalam penelitian ini kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan metode talking stick.Adapun secara singkat rancangan penelitian ini dapat digambarkan dalam desain sebagai berikut. 
Rancangan Penelitian
Kelas
Variabel Terikat
Postest
Eksperimen
X
O2
Kontrol
-
O4

Keterangan:
X = Perlakuan dengan metode talking stick
O3 = Hasil pretest pada kelompok kontrol
O4 = Hasil posttest pada kelompok kontrol

E.       Variabel Penelitian
Menurut  Sugiyono (2011:38)variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto ( 2010 : 169),variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.
       Pada penelitian ini ada dua jenis variabel yang ada yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1.         Variable bebas (independen)
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen (terikat)” (Sugiyono, 2011: 61). Berdasarkan pengertian tersebut maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran talking stick.
2.         Variabel terikat (depeden)
“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011: 61). Berdasarkan pengertian tersebut maka variabel terikat dalam penelitian ini adalah perestasi belajar siswa pada materi alat optik.

F.        Definisi Operasional
1.    Pembelajaran talking stick adalah pembelajaran kelompok dalam bentuk permainan dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
2.    Prestasi adalah hasil yang dicapai suatu kegiatan yang sudah dikerjakan diciptakan, menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja  baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tersebut.



G. Teknik Pengumpulan Data 
Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data ( Suharsimi Arikunto, 2002). Karena aspek yang diteliti dalam penelitian ini hanya ranah kognitifnya saja maka Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pemberian tes hasil  belajar baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes hasil belajar adalah tes yang menilai sejauh mana siswa memahami materi yang diberikan gurunya setelah menjalani aktivitas belajar. Tes prestasi belajar dapat berupa tes pilihan ganda, tes uraian, maupun isian. Bentuk tes dalam penelitian ini adalah  soal pilihan ganda dengan 5 alternatif pilihan yaitu a, b, c,d, dan e.

H.       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2002). Kemudian Sugiyono (2002:102) berpendapat bahwa instrumen penelitian adalah sutu alat yang di gunakan mengukur penomena alam maupun sosial yang diamati. Sedangkan menurut Purwanto (2013: 56) instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam pengumpulan data. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen merupakan sejumlah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data. Adapun instrumen dalam penelitian iniberupa instrumen pelaksanan pembelajaran dan instrumen pengambilan data.

a.         Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Instrumen pelaksanaan pembelajaran merupakan alat yang digunakan  untuk mempersiapkan pembelajaran. Instrumen ini berupa perangkat pembelajaran yang meliputi RPP,silabus, perogram semester, dan program tahunan .
b.        Instrumen Pengambilan Data.
Dalam penelitian ini yang di teliti adalah ranah kognitif . Untuk instrumen pengambilan data, instrumen yang digunakan adalah tes. “Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan data hasil belajar dengan cara mmengukur atau mengujinya” (Purwanto, 2011: 96). Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah tes penguasaan yakni tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi yang telah disampaikan oleh guru. Pada penelitian ini tes yang di berikan pada siswa berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal.

I.          Uji Coba Instrumen
Untuk mendapatkan soal yang baik sebelum tes dilaksanakan, dilakukan uji coba untuk mengetahui derajat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas dari tes tersebut.
1.        Tingkat Kesukaran (TK)
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran memadai dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengukur derajat kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut:
                            P=
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
= Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan indeks kesukaran dari hasil tes diperoleh:
Soal sukar jika 0,00 P< 0,30
Soal sedang jika 0,30 P< 0,70
Soal mudah jika 0,70 P 1,0
Setelah dilakukan perhitungan untuk tingkat kesukaran didapatkan bahwa soal yang sukar berjumlah 8, soal yang tingkat kesukaranya sedang berjumlah  20, dan soal yang mudah berjumlah 2 soal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Ringkasan hasil uji tingkat kesukaran soal

Derajat kesukaran
Nomar soal
Jumlah
Sukar
9, 18, 21, 22, 24, 27, 28, 29
8
Sedang
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 23,25, 26
20
Mudah
1,30
2
Jumlah

30

2.    Daya Pembeda
Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah) berdasarkan kriteria tertentu. Untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing item soal digunakan rumus:
D =
Keterangan:
D    =   Daya pembeda
JA    =   Banyaknya peserta kelompok atas
JB    =   Banyaknya peserta kelompok bawah
BA   =   Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan      benar
BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan   benar
Adapun keriteria untuk daya beda  adalah sebagai berikut:
0,00 < D< 0,20 : Jelek
0,20 < D < 0,40 : Cukup
0,40 < D < 0,70 : Baik
0,70 < D < 1,00 : Baik Sekali
DP = negatif, semuanya tidak baik                (Suharsimi Arikunto,2003:213)
Berdasarkan hasil perhitungan untuk daya beda tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:



Tabel 3.4
Ringkasan Hasil Uji Daya Beda Butir Soal
Daya Beda
Butir Soal
Jumlah
Kurang
6, 17, 19, 21, 23, 26, 28
7
Cukup
7, 8, 9, 10, 14, 15, 27
7
Baik
1, 2, 4, 5, 13, 16, 18, 22, 24, 25, 29, 30
12
Baik Sekali
3, 11, 12,
3
Tidak baik
20
1
Jumlah
30

3.    Uji Validitas
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat–tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006: 168). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Dengan menggunakan instrumen yang valid dalam pengambilan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid pula. Untuk mengetahui validitas instrumen di gunakan korelasi product moment dengan sebagai berikut:

Keterangan :
rxy    =   Koefisien korelasi antara variabel x dan y
N       =   Jumlah subyek penelitian / responden
åxy   =   Jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dan x dan y
åx     =   Jumlah skor asli variabel x
åy     =   Jumlah skor asli variabel y
Adapun kriteria validitas item adalah jika rxy>rtabel maka item  tes dikatakan valid dan jika rxy<rtabel maka item tes dikatakan tidak valid dengan taraf signifikasi 5% (r = 0.05)
Setelah dilakukan perhitungan terhadap validitas instrumen, diperoleh   21 soal yang valid dan 9 soal tidak valid. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5
Ringkasan Hasil Uji Validitas Butir Soal
Validitas (N= 30)
= 5%; = 0.33
Nomor Soal
Jumlah
Valid
1, 2, 3, 4, 5, 8, 9,10, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 22, 23, 24, 25, 27,29, 30
21
Tidak Valid
6, 7, 14, 17, 19, 20, 21, 26, 28
9
Jumlah

30

4.    Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen yang disusun dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, instrumen memiliki keajegan dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun digunakan, akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk mengukur reliabilitas instrumendigunakan rumus K-R 20 (Kuder–Ricardson) yaitu sebagai berikut:
                                         (Sugiyono 2010: 359)
Keterangan:
= reliabilitas
 = banyaknya item
  = varians total
   = proporsi subyek yang menjawab betul
    = proporsi subyek yang menjawab salah
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
Kriteria realibilitas adalah :
0 < r11 < 0,19     = Sangat Rendah
0,20< r11 < 0,38 = Rendah
0,39 < r11 < 0,58 = Cukup
 0,59 < r11 < 0,78 = Tinggi            (Suharsimi Arikunto, 2009:100-101)
Setelah dilakukan perhitungan terhadap reliabilitas instrumen, diperoleh     sebesar 0,90 sedangkan rtabel sebesar 0,344. Dengan demikian,  kriteria reliabilitas instrumen yang diperoleh adalah tinggi, sehingga instrumen tersebut layak untuk dipakai. Secara ringkas reliabilitas tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.6
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas
r11
rtabel
Kriteria
Keputusan
0,90
0,344
Sangat tinggi
Layak Untuk Dipakai
J.    Teknik Pengumpulan Data 
Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2002). Karena aspek yang diteliti dalam penelitian ini hanya ranah kognitifnya saja maka Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pemberian tes hasil  belajar baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes hasil belajar adalah tes yang menilai sejauh mana siswa memahami materi yang diberikan gurunya setelah menjalani aktivitas belajar. Tes prestasi belajar dapat berupa tes pilihan ganda, tes uraian, maupun isian. Bentuk tes dalam penelitian ini adalah  soal pilihan ganda dengan 5 alternatif pilihan yaitu a, b, c,d, dan e.

K. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui dua tahapan yaitu uji prasyarat analisis yang berupa uji homogenitas dan uji normalitas kemudian uji hipotesis.
1.    Uji Prasyarat Analisis
a.    Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang ada dianalisis dengan statistik berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini untuk uji normalitas digunakan rumus Chi Square. Statistik uji yang  digunakan adalah:

Keterangan:
 = Chi Kuadrat
fo = Frekuensi/jumlah data hasil observasi
fe = Jumlah/frrekuensi yang diharapkan      
Kriteria pengujian normalitas data ini adalah :
1)            Akan berdistribusi normal jika hitung˂ tabel
2)            Data tidak berdistribusi normal hitung tabel
b.    Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah pasangan data yang diuji perbedaannya mewakili variansi yang tergolong homogen (tidak berbeda). Hal ini dilakukan karena untuk menggunakan uji beda, maka varians dari kelompok data yang akan diuji harus homogen.Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk menguji homogenitas adalah uji F dengan rumusan adalah:


                                                     
Keterangan :
F  = Koefisien
S12  =Varians terbesar
S22 =Varians terkecil
Varians data Homogen apabila diperoleh kriteria


2.    Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis digunakan uji –t dengan taraf signifikasi 5%. Uji-t ini mempunyai syarat yaitu data yang  dianalisis menggunakan uji-t harus homogen dan normal. Karena banyak anggota sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda, makarumus uji-t yang digunakan adalah:

keterangan:
n1 = banyaknya anggota sampel pertama
n2 = banyaknya anggota sampel kedua
sp2= variansi gabungan(pooled variance)
Ketentuannya adalah sebagai berikut:
a.             Jika thitung >ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
b.            Jika thitung ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Data Hasil Penelitian
            Penelitian ini menggunakan dua sampel yaitu kelas eksperimen dengan jumlah siswa 22 orang  dan kelas kontrol dengan jumlah siswa 24 orang sebagai pembanding. Kedua sampel diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperiman diberikan perlakuan dengan metode pembelajaran talking stick dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan metode konvensional atau ceramah. Pada penelitian variabel terikatnya dibatasi pada ranah kognitif saja.
            Deskripsi hasil data prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Deskripsi data post-test prestasi belajar siswa

Kelompok
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
Standar Deviasi
Eksperimen
22
95
50
74,32
12,03
Kontrol
24
90
45
65,42
10.98

              Pada tes akhir (post-test) terlihat bahwa nilai kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Pada kelas kontrol setelah diberikan tes akhir untuk materi alat optik, diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 45 dengan rata-rata 65,83 dan standar deviasi 10,98. Sedangkan pada kelas eksperimen setelah diberikan tes akhir yang sama dengan kelas kontrol, diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 95 dengan standar deviasi 12,03.
              Hasil penelitian untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat disajikan juga dengan tabel distribusi frekuensi. Untuk distribusi frekuensi nilai akhir kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi nilai post tes kelas kontrol

NO
INTERVAL
F
Titik Tengah
1
44-51
3
47,5
2
52-59
5
55,5
3
60-67
6
63,5
4
68-75
6
71,5
5
76-83
3
79,5
6
84-91
1
87,5

24
411

                   Dari tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terkecil terletak pada interval 84-91 ini berarti siswa paling sedikit mendapat nilai dari 84 sampai 91 yaitu 1 orang. Sedangkan frekuensi terbesar terletak pada interval 60-67 dan 68-75 hal ini menunjukkan bahwa siswa banyak mendapat nilai dari 60 sampai 67 dan dari 68 sampai 75 yaitu sebanyak 6 orang. Rata-rata nilai siswa kelas kontrol berada interval 65-72 yakni 65,83. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram beriku:
   
 Gambar 4.1 Histogram Data Pos Tes Kelas kontrol
            Untuk distribusi frekuensi data kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi kelas eksperimen

No
Interval
f
Titik Tengah
1
49-56
2
52,5
2
57-64
5
60,5
3
65-72
2
68,5
4
73-80
7
76,5
5
81-88
4
84,5
6
89-96
2
92,5

22
435







                  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram berikut

Gambar 4.2 Histogram data kelas eksperimen
            Dari tabel dan histogram terlihat bahwa frekuensi terbesar terletak pada interval 73-80 ini artinya siswa paling banyak mendapat nilai 73-80 yaitu 7 orang. Sedangkan nilai terkecil terletak pada interval 49-56,65-72 dan 89-96 yaitu 2. Rata-rata nilai kelas eksperimen berada pada interval 73-80 yakni sebesar 73,86

B.     Uji Prasyarat Analisis
            Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas berdasarkan hasil post tes kelas kontrol dan kelas eksperimen.
1.    Uji normalitas
            Uji normaliatas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan pada masing masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini disajikan hasil uji normalitas masing-masing kelas.
a.     Uji normalitas kelas kontrol
            Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi kuadrat didapatkan 2hitung = 0,57 sedangkan 11,07 dengan derajat kebebasan 5 (k - 1) dan k merupakan banyak kelas pada distribusi frekuensi.  berarti  . berdasarkan keriteria pengujian jika  data berdistribusi noramal. Maka dapat diartikan bahwa post tes kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf signifikan 5%.
b.    Uji normalitas kelas eksperimen
                   Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi squer didapatkan 2hitung = 3,76 sedangkan 11,07 dengan derajat kebebasan 5, berarti . berdasarkan kriteria pengujian jika  data berdistribusi normal. Maka dapat diartikan bahwa post tes kelas eksperimen berdistribusi normal pada taraf signifikan 5%.
2.    Uji homogenitas
            Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahuai apakan kedua sampel yang digunakan homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji homogenitas dilakukan pada kedua kelas. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan Fhitung = 1,05. Dengan derajat kebebasan pembilang 23 dan derajat kebebasan penyebut 21 di dapatkan Ftabel= 2,07 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan keriteria jika Fhitung ≤ Ftabel data dikatakan homogen. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kwdua sampel berasal dari populasi yang homogen.

C.    Uji Hipotesis
             Hipotesis yang akan diuji adalah Ho yang berbunyi metode pembelajaran talking stick tidak efektif terhadap prestasi belajar siswa pada materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun ajaran 2012/2013 dan Ha yang berbunyi metode pembelajaran talking stick efektif terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada materi alat optik di MA Nurul Iman Mintong Baik tahun ajaran 2012/2013. Karena data hasil post test normal dan homogen, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji t dua pihak. Rumus yang digunakan adalah  polled varian karena jumlah kedua sampel tidak sama. Berdasarkan hasil perhitungan dari data hasil post test didapatkan thitung = 2,65. Dengan derajat kebebasan 44 dan taraf signifikan 5% didapatkan ttabel= 2,05. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa thitung> ttabel.
            Berdasarkan keriteria jika thitung> ttabel Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode pembelajaran talking stick efektif terhadap prestasi belajar siswa kelas X  pada materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik Tahun Ajaran 2012/2013.

D.    Pembahasan
             Metode pembelajaran talking stick merupakan metode pembelajaran yang berbasis permainan sehingga membuat siswa semangat dalam belajar. Selain itu metode pembelajaran talking stick ini dapat melatih siswa untuk menghargai hak berbicara orang lain. Metode ini juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Metode pembelajaran ini juga mempunyai kekurangan yakni waktu yang dibutuhkan melebihi dari jam pelajaran yang disediakan. Namun hal ini dapat diatasi dengan membatasi waktu pada tiap tahap pembelajaran. Jadi guru harus memperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahap pembelajaran sehingga waktu yang disediakan cukup untuk menerapkan metode pembelajaran talking stick.
            Untuk mengetahui keefektifan metode pembelajaran talking stick, data yang dihasilkan dianalisis menggunakan uji t. Data yang dianalisis hanya hasil uji post test saja karena penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan thitung lebih besar dari ttabel. Mengacu dari keriteria yang telah ditentukan maka dalam hal ini Ho yang berbunyi pembelajaran menggunakan metode pembelajaran talking stick tidak efektif terhadap prestasi belajar iswa kelas X pada materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun ajaran 2012/2013. Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran talking stick lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional. Dengan demikian pada penelitian ini pembelajaran menggunakan metode pembelajaran talking stick efektif terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun ajaran 2012/2013.
            Hasil uji t ini sesuai dengan yang terjadi dalam proses belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen pada penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, siswa pada kelas eksperiman yang diberikan perlakuan dengan meode pembelajaran talking stick lebih aktif daripada siswa pada kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan metode konvensional.
                   Pada kelas eksperimen, siswa lebih semangat belajar dengan metode pembelajaran talking stick dibandingkan pada kelas kontrol. Hal ini terlihat dari antusiasnya siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru saat mendapatkan tongkat. Selain itu interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru cukup baik. Hal ini membuat suasana belajar didalam kelas menjadi lebih hidup sehingga siswa tidak merasa bosan belajar fisika. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfatul Aini yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode pembelajaran talking stick dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Pembelajaran terasa semakin hidup saat guru akan memberikan tongkat kepada salah satu siswa. Semua siswa merasakan senam jantung sehingga siswa akan terangsang untuk mengingat dan mempelajari lebih giat lagi materi yang telah disampaikan oleh guru. Ini terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar pada pertemuan kedua dan seterusnya dibandingkan pada pertemuan pertama.
                   Pada proses belajar mengajar untuk kelas eksperimen, ketika siswa mendapat tongkat dan mendapat pertanyaan, siswa cendrung menjawab pertanyaan secara langsung dengan pemikirannya sendiri, bahkan ada juga siswa yang menjawab pertanyaan dengan mendemonstrasikan secara langsung tampa diminta. Tidak ada ditemukan siswa yang tidak menjawab pertanyaan. Sebagain besar siswa berusaha menjawab pertanyaan meskipun jawabanya salah atau kurangg tepat. Hal ini dikarenakan siswa berada pada tahap operasi formal yang dinyatakan dalam teori Piaget, yaitu pada tahap ini siswa mulai berfikir logis dan masalah-masalah dapat dipecahkan melalui eksperimentasi sistematis. Selain itu pada saat siswa yang mendapat tongkat tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar, anggota kelompok yang lain berusaha membantu menjawab pertanyaan agar kelompoknya mendapat tambahan poin dan tidak tertinggal dari kelompok lain. Hal ini sesuai dengan teori Vaygotsky yang menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
                   Pada kelas kontrol pada saat guru mengajukan beberapa pertanyaan, siswa cendrung enggan untuk mengacungkan tangan dalam menjawab pertanyaan. Selain itu yang menjawab pertanyaan didominasi oleh siswa yang kemampuanya diatas rata-rata. Demikian juga saat guru memmberikan beberapa latihan soal untuk dikerjakan di depan yang mau maju mengerjakannya hanya beberapa orang yang kemapuanya diatas rata-rata saja. Sementara siswa yang lain enggan untuk mencoba mengerjakanya. Hal ini dapat terjadi karena siswa tidak mendapat dorongan dari guru dan lingkungannya. Ini sesuai dengan teori Vaygotsky yaitu scaffolding. Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mamapu mengerjakan sendiri. Salah satu bantuan yang diberikan guru dalam hal ini adalah dorongan dalam menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
                   Menurut Gagne (dalam Kokom Komalasari, 2011: 2) belajar merupakan suatu peroses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk berbagai jenis kinerja. Dari pendapat tersebut terlihat jelas bahwa melalui pembelajaran talking stick ini guru melatih siswa untuk belajar yang sesungguhnya. Sikap siswa yang kurang menghargai menjadi lebih menghargai temannya yang lain. Hal  ini terlihat saat siswa yang mendapat tongkat menjawab pertanyaan, siswa yang lain memperhatikan dengan seksama. Sikap siswa yang kurang perduli dengan temannya juga menjadi lebih perduli, hal ini terlihat dari kerjasama siswa dalam kelompoknya untuk mendapat poin sebanyak-banyaknya. Minat dan nilai siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya  setelah diberikan perlakuan dengan metode pembelajaran talking stick.
           
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan  terlihat bahwa thitung lebih besar dari ttabel yaitu 2,65 > 2,05. Hal ini berarti pembelajaran talking stick efektif terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada materi alat optik di MA Nurul Iman Montong Baik tahun ajaran 2012/2013. Hal ini dapat terjadi karena siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran talking stick.
B.     Saran
1.    Kepada peneliti/calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa, supaya melakukan penelitian lebih lanjut tentang metode pembelajaran talking stick.
2.    Kepada para guru fisika disarankan agar dapat menjadikan pembelajaran ini sebagai bahan pertimbangan agar dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran fisika. Karena metode pembelajaran ini dapat membuat siswa menjadi tidak merasa bosan belajar fisika.

Upgrade Samsung Galaxy W (Wonder) GT-I8150 ke Android 4.4.2 KitKat

Untuk upgrade Samsung Galaxy W (Wonder) ke Versi Android 4.4.2 KitKat, Handheld haru sudah terinstall CWM (ClockWorkMod), untuk tutorial ins...