Selasa, 24 Desember 2013

ASUHAN KEPERAWATAN ASCARIASIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang  ” ASKEP ASCARIASIS”.
Selama menyusun makalah ini, kami mendapat banyak bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu penyusunan makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kami serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Amin-amin ya Robbal Alamin





BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk keluarga nematoda,
saluran cerna penularan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :
1.      Infeksi langsung
2.      Larva yang menembus kulit.
Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke mulut tanpa pernah berkembamg dulu ditanah. Cara ini terjadi pada cacing kremi ( oxyuris vermikularis ) dan trikuriasis ( trichuris trichiura ). Selain itu penularan langsung dapat pula terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah kemudian telur tertelan. melalui tangan atau makanan yang tercemar. Cara ini terjadi seperti pada infeksi ascarias lumbricoides ( cacing gelang ) dan toxocara canis. Penularan melalui kulit terjadi pada cacing tambang/ ankilostomiasis dan strongiloidiasis di mana telur terlebih dahulu menetas di tanah baru kemudian larva yang sudah berkembang menginfeksi melalui kulit.



BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing Ascaris Lumbricoides atau cacing gelang (Noer, 1996: 513). Hal senada juga terdapat dalam Kamus Kedokteran (Ramali, 1997: 26).
            Infeksi pada manusia oleh cacing gelang ascaris lumbricoides, yang di temukan dalam usus halus, menyebabkan nyeri kolik dan diare, khususnya pada anak-anak. Setelah di telan, larva bermigrasi dari usus ke paru yang menyebabkan pneumonitis, dan kemudian ke trakea, esofagus, dan usus, untuk tumbuh menjadi dewasa. Bila cacing-cacing dewasa berjumlah cukup banyak, cacing ini dapat menyebabkan obstruksi usus.

B.ETIOLOGI
            Etiologi askariasis adalah ascaris lumbricoides, manusia merupakan satu-satunya hospes.
Penyebab dari Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk Genus Parasit usus dari kelas Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang (Garcia, 1996: 138). Menurut Reisberrg (1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus terbesar dengan cacing betina dengan ukuran panjang 20-35 cm dan jantan dewasa 15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa sekitar 6 bulan.
Ascaris lumbricoides
STADIUM
  • DEWASA
Di lumen usus halus –> migrasi ke lambung, saluran empedu, appendiks –> keluar bersama  tinja
Bolus –> menyumbat usus –> menembus dinding usus –> PERITONITIS
  • TELUR
Di luar tubuh resisten terhadap kebanyakan zat kimia (mati) –> sinar matahari langsung, panas > 80 C –> makanan / minuman –> lambung –> Duodenum, jejunum bagian atas
  • LARVA
Dinding usus –> sistim porta/limfe –> paru –> alveoli –> trachea –> epiglottis –> esophagus –>lambung –>usus halus –> duodenum (2-3 bulan)
C.TANDA DAN GEJALA
Hanya sebagian kecil yang menunjukkan gejala klinis, sebagian besar asymtomatis.
1.      Larva pada paru menimbulkan sindroma Loeffler, dari yang ringan seperti batuk sampai yang berat seperti sesak nafas.
2.      Cacing dewasa
- gangguan usus ringan
- infeksi berat : malabsorbsi yang memperberat malnutrisi, ileus, infeksi ektopik ke empedu, appendiks atau bronkus
            Ditemukannya telur askaris lumbricoides dalam tinja atau keluarnya cacing dewasa lewat muntah atau tinja pasien.
            Gejala di sebabkan oleh larva maupun cacing dewasa, adanya larva dalam tubuh akan menimbulkan batuk, demam, eosinofilia, dan gambaran infiltrat pada poto toraks yang akan menghilang dalam waktu 3 minggu, dikenal sebagai sindrom loffler. Gejala yang di timbulkan oleh cacing dewasa adalah mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi. Pada keadaan berat dapat mengakibatkan malabsorpsi dan obstruksi usus. Cacing dewasa yang mengembara ke organ-organ lain akan menimbulkan gangguan tersendiri, misalnya ke saluran empedu, apendiks atau bronkus.
Ø  Manifestasis Klinis
  • Batuk
  • Demam
  • Eosinofilia
  • Infiltrat (menghilang dalam waktu 3 minggu)
  • Mual
  • Nafsu makan berkurang
  • Diare atau konstipasi
  • Malnutrisi
  • Malabsorpsi
  • Obstruksi usus (ileum)
D.PATOFISIOLOGI
            Telur Askaris yang infektif di dalam tanah tertelan lewat makanan yang terkontaminasi, Masuk ke lambung dan duodenum kemudian menetas, Larva menembus dinding usus, Via sirkulasi portal ke jantung kanan, Sirkulasi pulmonal ke paru-paru Melepas antigen askaris Reaksi alergi, Tembus kapiler masuk alveoli dan bronchi,  Pelepasan histamin
Secara ascenden ke trakhea, faring, epiglottis, esofagus peningkatan permiabilitas kapiler dan sensasi gatal

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari askariasis. Diagnosa askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana dijumpai telur cacing askaris. Setiap satu ekor cacing askaris mampu memproduksi jumlah telur yang banyak, sehingga biasanya pada pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui.
Saat cacing bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan dengan eosinophilia dan ditemui gambaran infitrat pada foto dada. Bahkan pada kasus obstruksi tidak jarang diperlukan foto polos abdomen, USG atau pemeriksaan lainnya.
 Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja.

F.PENATALAKSANAAN
            Obat-obat untuk infestasi cacing :
Jenis infeksi
Obat
Dosis
Askaris
ü  Pirantel pamoat

ü  Mebendazol
ü  Piperazin sitrat

ü  Albendazol

ü  Nitazoksanid
ü  10 mg/kgBB, Maksimum 1g, dosis tunggal.
ü  2 x 100 mg, Selama 3 hari.
ü  25 mg/kgBB, Maksimum dosis pada dewasa 3,5 g.
ü  400 mg, dosis tunggal. Pada infeksi berat dapat di berikan 2-3 hari.
ü  2 x 500 mg untuk dewasa.
G.KOMPLIKASI
            Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat dan pneumonitis, dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.



BAB III
KONSEP ASKEP
A.PENGKAJIAN
            Dasar data pengkajian menurut Doenges (1999) adalah :
a. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalam karena diare
Tanda : Merasa gelisah dan ansietas.

b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi {respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri.)

c. Nutrisi / Cairan
Gejala: Mual, muntah, anoreksia.
Tanda : Hipoglikemia, perut buncit, dehidrasi, berat badan turun.

d. Eliminasi
Tanda : diare, penurunan haluaran urine.

e. Nyeri
Gejala : Nyeri epigastrik, nyeri daerah pusat, colik.

f. Integritas Ego
Gejala : Ansietas.
Tanda : Gelisah, ketakutan.

g. Keamanan
Tanda : Kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat.




B.DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap diare. (Carpenito, 2000: 104).

Tujuan  :  Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan kriteria tidak ditemukannya tanda-tanda dehidrasi dan klien mampu memperlihatkan tanda-tanda rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi yang adekuat.

a. Monitor intake dan out put cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi (hipertermi, turgor kulit turun, membran mukosa kering).
c. Berikan oral rehidrasi solution sedikit demi sedikit membantu hidrasi yang adekuat.
d. Observsasi tanda-tanda dehidrasi.
e. Observasi pemberian cairan intra vena.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot polos sekunder akibat migrasi parasit di lambung.

Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan hilang atau berkurang dengan kriteria klien tidak menunjukkan kesakitan.

Intervensi :
a. Kaji tingkat dan karakteristik nyeri.
b. Beri kompres hangat di perut.
c. Ajarkan metoda distraksi selama nyeri akut.
d. Atur posisi yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
e. Kolaburasi untuk pemberian analgesik.





3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan muntah (Carpenito, 2000: 260).

Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria klien menunjukkan nafsu makan meningkat, berat badan sesuai usia.

Intervensi:
a. Beri diit makanan yang adekuat, nutrisi yang bergizi.
b. Timbang BB setiap hari.
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
d. Pertahankan kebersihan mulut yang baik.

4. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi (Carpenito, 2000 ; 21)

Tujuan : Mempertahankan normotermi yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya tanda-tanda dan gejala hipertermia, seperti tachicardia, kulit kemerahan, suhu dan tekanan darah normal.

Intervensi :
a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya masukan adekuat.
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor suhu dan tanda vital
d. Lakukan kompres.

5. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal – epidermal sekunder akibat cacing gelang (Carpenito, 2000 ; 300)

Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit teratasi dengan kriteria tidak terjadi lecet dan kemerahan.




Intervensi :
a. Beri bedak antiseptik.
b. Anjurkan untuk menjaga kebersihan diri / personal hygiene.
c. Anjurkan untuk tidak menggaruk .
d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang meresap keringat.



BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
            Penyakit askariasis ini di sebabkan oleh investasi cacing askaris lumbricoides atau cacing gelang. Cacing ini berbentuk bulat besar dan hidup dalam usus manusia. Cacing ini terutam tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Di indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar rumah. Cacing betina akan mengeluarkan telur yang kemudian akan menjadi matang dan invektif, dengan tumbuhnya larva pada telurnya di dalam waktu 2-3 minggu.
            Infeksi pada manusia terjadi karna larva cacing ini mengkontaminasi makanan dan minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus dan kemudian menuju pembuluh darah dan limpe menuju paru. Setelah itu larva cacing ini akan bermigrassi ke bronkus, faring dan kemudian turun ke esofagus dan usus halus. Lama perjalanan sampai menjadi bentuk cacing dewasa 60-75 hari, panjang cacing dewasa 20-40 cm dan hidup di dalam usus halus manusia untuk bertahun-tahun lamanya. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan.

B.SARAN
            Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.



DAFTAR PUSTAKA

*      Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, (terjemahan) Edisi 8, EGC, Jakarta.
*      Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., Parasitologi Kedokteran (terjemahan), EGC, Jakarta.
*      Garcia, L.S., Bruchner, D.A., 1996, Diagnostik Parasitologi Kedokteran (terjemahan), EGC, Jakarta
*      Noer, S., 1996, buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

*      Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta.

Minggu, 06 Oktober 2013

Penguat Basis, Emitor dan Kolektor ditanahkan

A.      Penguat Common-Base (Basis Ditanahkan)
Penguat Basis ditanahkan adalah penguat yang kaki basis transistor di ground-kan, lalu input di masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Basis ditanahkan mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
Penguat Basis ditanahkan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
v  Adanya isolasi yang tinggi dari output ke input sehingga meminimalkan efek umpan-balik.
v  Mempunyai impedansi input yang relatif tinggi sehingga cocok untuk penguat sinyal kecil (pre-amplifier).
B.       Penguat Common-Emitter (Emitor Ditanahkan)
Penguat common emitter adalah penguat yang kaki emitter transistor di ground-kan atau ditanahkan, lalu input dimasukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common-Base Mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
Penguat Common-Emitter  Mempunyai Karakteristik sebagai berikut :
v  Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input
v  Sangat mungkin terjadi isolasi karena adanya  umpan balik positif, sehingga sering dipasang umpan balik negative untuk mencegahnya.
v  Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio)
v  Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada kestabilan suhu dan bias transistor.

C.      Penguat Common-Collector (Kolektor Ditanahkan)
Penguat Common-Collector adalah penguat yang kaki kolektor transistor di ground-kan atau ditanahkan, lalu input dimasukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor. Penguat Common-Collector mempunyai karakter sebagai penguat Arus.
Penguat Common-Collector  Mempunyai Karakteristik sebagai berikut :
v  Sinyal outputnya sefase dengan sinyal input
v  Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1
v  Mempunyai penguatan arus sama dengan HFE transistor

v  Cocok dipakai untuk penguat penyangga karena mempunyai impedansi output yang rendah.

Jumat, 04 Oktober 2013

EFEK FOTOLISTRIK

1.        EFEK FOTOLISTRIK
Pada tahun 1905, Einstein menggunakan gagasan Planck tentang kuantisasi energi untuk menjelaskan efek fotolistrik. Efek fotolistrik ditemukan oleh Hertz pada tahun 1887 dan telah dikaji oleh Lenard pada tahun 1900. Gambar 1. menunjukkan diagram sketsa alat dasarnya. Apabila cahaya datang pada permukaan logam katoda C yang bersih, elektron akan dipancarkan. Jika elektron menumbuk anoda A, terdapat arus dalam rangkaian luarnya. Jumlah elektron yang dipancarkan yang dapat mencapai elektroda dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan membuat anoda positif atau negatif terhadap katodanya. Apabila V positif, elektron ditarik ke anoda. (Baca juga : Radiasi Benda Hitam)



Apabila V negatif, elektron ditolak dari anoda. Hanya elektron dengan energi kinetik ½ mv2 yang lebih besar dari eV kemudian dapat mencapai anoda. Potensial V0 disebut potensial penghenti. Potensial ini dihubungkan dengan energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan oleh:
(½ mv2)maks = e.V0 .................................................... (1)
Percobaan yang lebih teliti dilakukan oleh Milikan pada tahun 1923 dengan menggunakan sel fotolistrik. Keping katoda dalam tabung ruang hampa dihubungkan dengan sumber tegangan searah. Kemudian, pada katoda dikenai cahaya berfrekuensi tinggi. Maka akan tampak adanya arus listrik yang mengalir karena elektron dari katoda menuju anoda. Setelah katoda disinari berkas cahaya, galvanometer ternyata menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa ada arus listrik yang mengalir dalam rangkaian.

Einstein telah menjelaskan bahwa untuk mengeluarkan elektron dari permukaan logam dibutuhkan energi ambang. Jika radiasi elektromagnet yang terdiri atas foton mempunyai enegi yang lebih besar dibandingkan energi ambang, maka elektron akan lepas dari permukaan logam.
Akibatnya energi kinetik maksimum dari elektron dapat ditentukan dengan persamaan:
Ek = h.f – h. f0 ................................................... (2)
dengan:
f, f0 = frekuensi cahaya dan frekuensi ambang (Hz)
h = konstanta Planck (6,63 × 10-34 Js)
Ek = energi kinetik maksimum elektron ( J)

2.        EFEK COMPTON
Gejala Compton merupakan gejala hamburan (efek) dari penembakan suatu materi dengan sinar-X. Efek ini ditemukan oleh Arthur Holly Compton pada tahun 1923. Jika sejumlah elektron yang dipancarkan ditembak dengan sinar-X, maka sinar-X ini akan terhambur. Hamburan sinar-X ini memiliki frekuensi yang lebih kecil daripada frekuensi semula.

Menurut teori klasik, energi dan momentum gelombang elektromagnetik dihubungkan oleh:
E = p.c
E2 = p2.c2 + (m.c2)2 ............................................... (3)
Jika massa foton (m) dianggap nol. Gambar 3. menunjukkan geometri tumbukan antara foton dengan panjang gelombang λ, dan elektron yang mula-mula berada dalam keadaan diam.

Compton menghubungkan sudut hamburan θ terhadap yang datang dan panjang gelombang hamburan λ1 dan λ2. p1 merupakan momentum foton yang datang dan p2 merupakan momentum foton yang dihamburkan, serta p.c merupakan momentum elektron yang terpantul.
Kekekalan momentum dirumuskan:
p1 = p2 + pe atau pe = p1 – p2
Dengan mengambil perkalian titik setiap sisi diperoleh:
pe2 = p12 + p22 – 2p1p2cos θ .................................. (4)

Kekekalan energi memberikan:
Kekekalan energi efek compton


3.        PRODUKSI PASANGAN
Produksi pasangan adalah proses yang dapat terjadi apabila foton menumbuk atom,dimana seluruh energy foton hilang dan dalam proses ini dua partikel terciptakan,yakni sebuah electron dan sebuah positron.( positron adalah sebuah partikel yang massanya sama dengan massa electron,tetapi memiliki muatan positif ).proses ini merupakan contoh penciptaan energy massa.elektronnya tidak ada sebelum foton menumbuk  atom ( electron ini bukanlah electron milik atom ).
Telah diterangkan bahwa pada efek foto listrik, foton bila ditembakkan kepada logam, maka dapat menyerahkan seluruh energinya atau sama sekali tidak. Kalau menyerahkan seluruh energinya, berarti untuk mengeluarkan elektron dari dalam logam dan untuk tenaga elektron meninggalkan logam.
Juga telah diterangkan pada Compton, foton yang mempunyai frekuensi tinggi ditembakkan langsung pada elektron terluar maka energinya untuk menghamburkan foton baru.
Pada produksi pasangan, bila sebuah foton dengan frekuensi tinggi mendekati inti atom berat maka foton tersebut lenyap dan menjelma menjadi sebuah elektron dan sebuah positron (elektron positif). Jadi ada perubahan energi elektromagnit menjadi energi diam.
h v = -e0 + +e0
Jumlah muatan elektron (-e) dan positron (+e) adalah nol. Energi kinetik elektron maupun positron masing-masing adalah :
E = m0C2 = 0,51 MeV
Produksi pasangan ditunjukkan untuk membuat pasangan partikel dan anti-partikelnya, terutama pasangan elektron dan positron. Untuk menciptakan antiproton, O. Chamberlain dan Emilio Segre menumbukkan dua proton dalam kecepatan tinggi, begitu juga ketika Bruce Cork menemukan antineutron. Hal yang berbeda terjadi pada produksi pasangan elektron dan positron. Elektron dan positron tecipta saat sebuah photon yang melewati inti atom yang pasif dan energinya dikonversikan ke dalam materi. Kehadiran inti atom diperlukan sehingga hukum kekekalan momentum dapat terpenuhi. Elektronnya tercipta sendiri, bukan milik atom. Lalu, muncullah positron dan elektron dari ketiadaan. Reaksinya dituliskan:
γ + γ → e- + e+
Energi photon yang hilang dalam proses ini dirubah menjadi energi relativistik positron E+ dan elektron E- dengan persamaan:
hv = E+ + E-
= 2moc2 + [E+ + E-]
Karena K+ dan K- selalu positif maka untuk melakukan produksi pasangan, photon harus memiliki energi sekurang-kurangnya 2moc2=1,02 MeV atau 1,64 X 10-13 J.agar dapat mendekati inti berat sehingga terjadi produksi pasangan berupa elektron dan positron. Foton tersebut termasuk dalam sinar gamma inti atom.secara perlambang :
Foton             electron + positron
Proses diatas hanya dapat terjadi jika terdapat sebuah atom di sekitar electron yang memasok momentum pental yang diperlukan,proses kebalikannya ,
Electron + positron            foton
 Elektron bila bertemu dengan positron maka keduanya musnah (anihilasi) dan menjelma menjadi foton sinar gamma.Pada proses produksi pasangan maupun kebalikannya ini tetap berlaku hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan momentum.Kembali pada produksi pasangan tersebut di atas, karena foton berubah menjadi elektron dan positron, maka dengan sendirinya foton yang ditembakkan harus mempunyai energi lebih tinggi dari 1,02 MeV. Setelah terjadi produk pasangan ini, maka mengalami penurunan intensitas. Perubahan ini tergantung dari sifat dan tebal bahan dengan analisis sebagai berikut:
xD I = -k I D
dI = -k I dx
I = I0 e-kx
I0 = intensitas awal foton
I = intensitas setelah menembus bahan tebal x
x = tebal bahan
k = tetapan absorbsi bahan terhadap foton tertentu
Berarti selama perjalanan dalam media, energinya turun secara eksponensial. Apabila tebal media x dipilih sedemikian rupa sehingga intensitasnya tinggal separo yaitu , maka tebal ini disebut tebal lapisan separo harga (Half Value Layer = H.V.L). Teori ini banyak digunakan dalam perhitungan penlindung radiasi.


Upgrade Samsung Galaxy W (Wonder) GT-I8150 ke Android 4.4.2 KitKat

Untuk upgrade Samsung Galaxy W (Wonder) ke Versi Android 4.4.2 KitKat, Handheld haru sudah terinstall CWM (ClockWorkMod), untuk tutorial ins...