1.
EFEK FOTOLISTRIK
Pada tahun
1905, Einstein menggunakan gagasan Planck tentang kuantisasi energi untuk
menjelaskan efek fotolistrik. Efek fotolistrik ditemukan oleh Hertz pada tahun
1887 dan telah dikaji oleh Lenard pada tahun 1900. Gambar 1. menunjukkan diagram
sketsa alat dasarnya. Apabila cahaya datang pada permukaan logam katoda C yang
bersih, elektron akan dipancarkan. Jika elektron menumbuk anoda A, terdapat
arus dalam rangkaian luarnya. Jumlah elektron yang dipancarkan yang dapat
mencapai elektroda dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan membuat anoda
positif atau negatif terhadap katodanya. Apabila V positif, elektron ditarik ke
anoda. (Baca juga : Radiasi Benda Hitam)
|
Apabila V
negatif, elektron ditolak dari anoda. Hanya elektron dengan energi
kinetik ½ mv2 yang lebih besar dari eV kemudian dapat
mencapai anoda. Potensial V0 disebut potensial penghenti.
Potensial ini dihubungkan dengan energi kinetik maksimum elektron yang
dipancarkan oleh:
(½ mv2)maks =
e.V0 .................................................... (1)
Percobaan
yang lebih teliti dilakukan oleh Milikan pada tahun 1923 dengan menggunakan sel
fotolistrik. Keping katoda dalam tabung ruang hampa dihubungkan dengan sumber
tegangan searah. Kemudian, pada katoda dikenai cahaya berfrekuensi tinggi. Maka
akan tampak adanya arus listrik yang mengalir karena elektron dari katoda
menuju anoda. Setelah katoda disinari berkas cahaya, galvanometer ternyata
menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa ada arus listrik yang mengalir dalam
rangkaian.
Einstein
telah menjelaskan bahwa untuk mengeluarkan elektron dari permukaan logam
dibutuhkan energi ambang. Jika radiasi elektromagnet yang terdiri atas foton
mempunyai enegi yang lebih besar dibandingkan energi ambang, maka elektron akan
lepas dari permukaan logam.
Akibatnya
energi kinetik maksimum dari elektron dapat ditentukan dengan persamaan:
Ek = h.f – h. f0 ...................................................
(2)
dengan:
f, f0 =
frekuensi cahaya dan frekuensi ambang (Hz)
h
= konstanta Planck (6,63 × 10-34 Js)
Ek
= energi kinetik maksimum elektron ( J)
Gejala
Compton merupakan gejala hamburan (efek) dari penembakan suatu materi dengan
sinar-X. Efek ini ditemukan oleh Arthur Holly Compton pada tahun 1923. Jika
sejumlah elektron yang dipancarkan ditembak dengan sinar-X, maka sinar-X ini
akan terhambur. Hamburan sinar-X ini memiliki frekuensi yang lebih kecil
daripada frekuensi semula.
Menurut
teori klasik, energi dan momentum gelombang elektromagnetik dihubungkan oleh:
E
= p.c
E2 =
p2.c2 + (m.c2)2 ...............................................
(3)
Jika massa
foton (m) dianggap nol. Gambar 3. menunjukkan geometri tumbukan antara foton
dengan panjang gelombang λ, dan elektron yang mula-mula berada dalam keadaan
diam.
Compton
menghubungkan sudut hamburan θ terhadap yang datang dan panjang gelombang
hamburan λ1 dan λ2. p1 merupakan
momentum foton yang datang dan p2 merupakan momentum foton
yang dihamburkan, serta p.c merupakan momentum elektron yang terpantul.
Kekekalan momentum dirumuskan:
p1 =
p2 + pe atau pe = p1 –
p2
Dengan mengambil perkalian titik
setiap sisi diperoleh:
pe2 =
p12 + p22 – 2p1p2cos
θ .................................. (4)
Kekekalan energi memberikan:
3.
PRODUKSI PASANGAN
Produksi
pasangan adalah proses yang dapat terjadi apabila foton menumbuk atom,dimana
seluruh energy foton hilang dan dalam proses ini dua partikel terciptakan,yakni
sebuah electron dan sebuah positron.( positron adalah sebuah partikel yang
massanya sama dengan massa electron,tetapi memiliki muatan positif ).proses ini
merupakan contoh penciptaan energy massa.elektronnya tidak ada sebelum foton
menumbuk atom ( electron ini bukanlah electron milik atom ).
Telah
diterangkan bahwa pada efek foto listrik, foton bila ditembakkan kepada logam,
maka dapat menyerahkan seluruh energinya atau sama sekali tidak. Kalau
menyerahkan seluruh energinya, berarti untuk mengeluarkan elektron dari dalam
logam dan untuk tenaga elektron meninggalkan logam.
Juga telah
diterangkan pada Compton, foton yang mempunyai frekuensi tinggi ditembakkan
langsung pada elektron terluar maka energinya untuk menghamburkan foton baru.
Pada
produksi pasangan, bila sebuah foton dengan frekuensi tinggi mendekati inti
atom berat maka foton tersebut lenyap dan menjelma menjadi sebuah elektron dan
sebuah positron (elektron positif). Jadi ada perubahan energi elektromagnit
menjadi energi diam.
h v = -e0
+ +e0
Jumlah
muatan elektron (-e) dan positron (+e) adalah nol. Energi kinetik elektron
maupun positron masing-masing adalah :
E = m0C2 =
0,51 MeV
Produksi pasangan ditunjukkan untuk membuat pasangan partikel dan
anti-partikelnya, terutama pasangan elektron dan positron. Untuk menciptakan
antiproton, O. Chamberlain dan Emilio Segre menumbukkan dua proton dalam
kecepatan tinggi, begitu juga ketika Bruce Cork menemukan antineutron. Hal yang
berbeda terjadi pada produksi pasangan elektron dan positron. Elektron dan
positron tecipta saat sebuah photon yang melewati inti atom yang pasif dan
energinya dikonversikan ke dalam materi. Kehadiran inti atom diperlukan
sehingga hukum kekekalan momentum dapat terpenuhi. Elektronnya tercipta
sendiri, bukan milik atom. Lalu, muncullah positron dan elektron dari ketiadaan.
Reaksinya dituliskan:
γ + γ → e- + e+
Energi photon
yang hilang dalam proses ini dirubah menjadi energi relativistik positron E+ dan
elektron E- dengan persamaan:
hv = E+ +
E-
= 2moc2 +
[E+ + E-]
Karena K+ dan K- selalu positif maka untuk melakukan
produksi pasangan, photon harus memiliki energi sekurang-kurangnya 2moc2=1,02
MeV atau 1,64 X 10-13 J.agar dapat mendekati inti berat sehingga terjadi produksi
pasangan berupa elektron dan positron. Foton tersebut termasuk dalam sinar
gamma inti atom.secara perlambang :

Proses diatas hanya dapat terjadi
jika terdapat sebuah atom di sekitar electron yang memasok momentum pental yang
diperlukan,proses kebalikannya ,

Elektron
bila bertemu dengan positron maka keduanya musnah (anihilasi) dan menjelma
menjadi foton sinar gamma.Pada proses produksi pasangan maupun kebalikannya ini
tetap berlaku hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan momentum.Kembali pada
produksi pasangan tersebut di atas, karena foton berubah menjadi elektron dan
positron, maka dengan sendirinya foton yang ditembakkan harus mempunyai energi
lebih tinggi dari 1,02 MeV. Setelah terjadi produk pasangan ini, maka mengalami
penurunan intensitas. Perubahan ini tergantung dari sifat dan tebal bahan dengan
analisis sebagai berikut:
xD I = -k I D
dI = -k I dx
I = I0 e-kx
I0 = intensitas awal foton
I = intensitas setelah menembus
bahan tebal x
x = tebal bahan
k = tetapan absorbsi bahan terhadap
foton tertentu
Berarti
selama perjalanan dalam media, energinya turun secara eksponensial. Apabila
tebal media x dipilih sedemikian rupa sehingga intensitasnya tinggal separo
yaitu , maka tebal ini disebut tebal lapisan separo harga (Half Value Layer =
H.V.L). Teori ini banyak digunakan dalam perhitungan penlindung radiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar